Laut adalah massa air asin yang menggenangi sebagian besar permukaan bumi. Secara langsung maupun tidak langsung, laut sangat berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan bumi. Sejak dahulu, laut telah memberi manfaat kepada manusia yang digunakan sebagai sarana untuk bepergian, perniagaan, dan perhubungan dari satu tempat ke tempat lain.
Akhir-akhir ini juga diketahui bahwa laut banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah dan belum dikelola secara optimal. Selain itu, keberadaan laut sangat mempengaruhi iklim dan cuaca di permukaan bumi. Oleh karena itu, banyak manusia yang tertarik untuk mempelajari laut termasuk kehidupan di dalamnya, gelombang dan arusnya, pengaruhnya terhadap iklim dan cuaca, serta energi yang sangat besar yang terkandung di dalamnya. Laut juga merupakan gudang makanan. Di dalamnya dijumpai banyak tumbuhan dan hewan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
Wilayah laut yang sudah sejak lama diteliti adalah Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik. Kedua wilayah laut tersebut sudah banyak diteliti oleh para peneliti terutama dari negara-negara maju yang berada di dekatnya, antara lain Amerika Serikat dan Jepang. Dengan menggunakan berbagai sarana penelitian yang canggih mereka banyak memperoleh data tentang fenomena kelautan yang terjadi di kedua samudra tersebut.
Di Indonesia, penelitian tentang laut mulai dilakukan pada tahun 1904 saat didirikan sebuah laboratorium perikanan di Jakarta. Pada tahun 1919, laboratorium itu diubah menjadi Laboratorium Biologi Laut. Setelah mengalami beberapa perubahan nama, sejak 1970 sampai sekarang lembaga tersebut bernama Lembaga Oseanologi Nasional.
Pada tahun 1994 dan 1996, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan program Arus Lintas Indonesia (Arlindo) melakukan penelitian tentang pengaruh kondisi laut terhadap cuaca dan iklim dunia. Dari kedua penelitian itu yang diketahui baru jumlah massa air di Selat Makassar, sedangkan yang lain belum diketahui. Di antara yang belum diketahui adalah pengaruh pola arus massa air terhadap cuaca dan iklim lokal di kawasan timur Indonesia, regional, hingga skala global, serta kaitannya dengan terjadinya penyimpangan cuaca, baik El Nino maupun La Nina.
Massa air dari Samudra Pasifik yang melintasi Selat Makassar diketahui sebesar 9,3 juta m3 per detik. Jika penelitian tentang massa air di tiap belahan bumi dirangkai, aliran massa air itu seperti ban berjalan, berputar dalam satu siklus. Bergerak dari Samudra Atlantik massa air akan menuju ke selatan perairan Antartika. Di ujung bumi air akan mengitari Kutub Selatan hingga masuk ke selatan Samudra Pasifik. Dari Samudra Pasifik, arus menyusur ke timur melewati Selandia Baru ke utara Papua Nugini hingga masuk ke perairan Nusantara. Dari Laut Timor massa air mengarungi Samudra Hindia melewati perairan selatan India dan Afrika Timur, terus ke barat hingga kembali ke Samudra Atlantik.
Perjalanan massa air itu dalam satu putaran yang disebut conveyor belt thermohaline circulation, memerlukan waktu 50 tahun mengarungi dunia untuk kembali ke titik semula. Perputaran masa air itu antara lain dipengaruhi oleh peredaran Matahari dan perbedaan salinitas.
Di perairan Indonesia, arus laut yang membawa massa air dari Samudra Pasifik masuk dari Laut Sulawesi sebelum ke Selat Makassar. Dari selat itu kemudian terjadi percabangan arus, yang satu masuk ke Selat Lombok membawa 25% massa air dan selebihnya mengalir ke arah timur masuk ke Selat Ombai, sebelum akhirnya sampai di Laut Timor. Sementara itu, sebagian kecil massa air dari Pasifik ada yang masuk ke wilayah perairan Halmahera dari arah timur, kemudian mengelilingi kepulauan itu dan kembali ke Samudra Pasifik di Utara.
3 daerah terjadinya arus utama, yaitu sebagai berikut.
1. Antartic Circumpolar Current, yaitu arus yang benar-benar mengelilingi daerah Kutub Selatan yang terdapat di lintang 60° LS.
2. Arus di daerah ekuator yang mengalir dari barat ke timur. Namun, arus tersebut dibatasi oleh arus-arus sejajar yang mengalir dari timur ke barat, baik di belahan bumi utara maupun selatan.
3. Daerah subtropikal ditandai oleh adanya arus-arus berputar yang dikenal sebagai gyre. Aliran air pada gyre di belahan bumi utara mengalir searah putaran jarum jam, sedangkan di belahan bumi selatan berlawanan dengan arah jarum jam.
No comments:
Post a Comment