Friday, March 25, 2016

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan

Apakah sosiologi adalah sebuah ilmu pengetahuan? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, kita sebaiknya mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan. Kita mulai dengan apa itu pengetahuan. Pengetahuan muncul karena ada rasa ingin tahu manusia tentang hal-hal dalam kehidupan yang tidak ia mengerti. Manusia ingin mengetahui kebenaran tentang hal-hal tersebut. Setelah manusia memperoleh pengetahuan tentang satu hal, ia akan mencari pengetahuan tentang hal yang lain.

Namun demikian, tidak semua pengetahuan merupakan ilmu. Hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran saja dapat disebut ilmu pengetahuan (science). Sistematis berarti ada urutan-urutan tertentu yang bisa menggambarkan garis besar apa yang ada dalam sebuah pengetahuan. Selain sistematis, pengetahuan tersebut juga harus selalu dapat diperiksa (diselidiki) dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Dengan demikian, setiap ilmu pengetahuan memiliki beberapa unsur pokok yang tergabung dalam satu kebulatan. Unsur-unsur itu adalah pengetahuan (knowledge), tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran, dan dapat diselidiki secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif). Penyelidikan ini harus berdasarkan metode-metode ilmiah.

Ciri Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Sosiologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan karena mengandung beberapa unsur di atas tadi. Adapun ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut.
1. Sosiologi bersifat empiris. Sosiologi dalam melakukan kajian tentang masyarakat didasarkan pada hasil observasi, tidak spekulatif, dan hanya menggunakan akal sehat (commonsense).
2. Sosiologi bersifat teoritis. Sosiologi berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi adalah kerangka dari unsur-unsur yang didapat di dalam observasi, disusun secara logis, serta memiliki tujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat.
3. Sosiologi bersifat kumulatif. Teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang telah ada sebelumnya dalam arti memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori lama.
4. Sosiologi bersifat non-etis. Yang dilakukan sosiologi-bukan mencari baik buruknya suatu fakta, tetapi menjelaskan fakta-fakta tersebut secara analitis. Itulah sebabnya para sosiolog tidak bertugas untuk berkhotbah dan mempergunjingkan baik buruknya tingkah laku sosial suatu masyarakat.

Tokoh pertama yang meletakkan sosiologi sebagai sebuah ilmu adalah Emile Durkheim. Durkheim menyatakan bahwa sosiologi memiliki objek kajian yang jelas yaitu fakta sosial. Durkheim mendefinisikan fakta sosial ini sebagai sebuah cara bertindak, berpikir, dan merasa, yang berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Contoh, kita harus menggunakan tangan kanan ketika bersalaman, kita harus menghormati orang yang lebih tua dan mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain.

Sementara untuk metodologi, Durkheim mengemukakan konsep bebas nilai (value free). Menurut konsep ini, seorang sosiolog dalam melakukan penelitian terhadap masyarakat perlu melakukan batasan antara yang diteliti dan yang meneliti. Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh dapat bersifat objektif. Seperti layaknya ilmu alam, Durkheim melihat masyarakat sebagai sebuah laboratorium raksasa dan para sosiolog adalah ilmuwan yang mengamati dan bereksperimen sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Metode-Metode Sosiologi
Mengenai metode ilmiah, sosiologi mengenal dua macam metode ilmiah, yakni metode kualitatif dan kuantitatif.
1. Metode kualitatif mengutamakan cara kerjanya dengan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan penilaian-penilaian terhadap data yang diperoleh. Metode ini dipakai apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka.
2. Metode kuantitatif mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka atau gejala-gejala yang diukur dengan skala, indeks, tabel, atau uji statistik.

Sementara itu, langkah-langkah utama dalam sebuah penelitian sosiologi adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi masalah.
2. Merumuskan masalah dan menentukan ruang lingkup penelitian.
3. Merumuskan hipotesa yang relevan dengan masalah yang diajukan.
4. Memilih metode pengumpulan data.
5. Mengumpulkan data.
6. Menafsirkan data.
7. Menarik kesimpulan.

No comments:

Post a Comment